SEBAGAI orang yang mencintai tanah tumpah darah, sepantasnya ikut menjunjung budaya, adat-istiadat dan tentu sejarahnya. Jika Cilacap maju dan menjadi perhatian banyak orang, tidak lepas dari kriya dan karsa pendiri dan para pemimpinnya.

Wajar, setiap warga atau siapa pun yang merasa mengakui sebagai tanah kelahirannya minimal mengetahui apa saja potensinya, atau membagi pengetahuan tentangnya pada masyarakat luas. Perihal kekayaan alam dan potensi lain yang terkandung di dalamnya. Bahwa Kabupaten Cilacap yang terbagi menjadi 23 kecamatan, dengan jarak terjauh dari barat ke timur 152 Km. Yakni dari Dayeuhluhur ke Nusawungu, dan dari utara ke selatan 35 Km yaitu dari Cilacap ke Sampang.


Atau kabupaten dengan 280 desa ini memiliki potensi beragam, seperti kerajinan tangan, makanan olahan, kesenian tradisional, dll. Kerajinan tangan dari desa Lebeng (Jeruklegi) berupa patung Asmat kabarnya telah ekspor. Sentra gula merah juga ada di beberapa kecamatan. Pengrajin batu bata merah berada di Desa Karanganyar dan Bunton (Adipala). Panganan kecil pisang sale bakar khas Sidareja, dll.

Bagi komunitas Cilacap dan sekitarnya di era 1980-an pasti sangat mengerti dan mengakui ketenaran kesenian tradisional Lengger dari Desa Banjarwaru (Nusawungu). Lengger Kampi, Kamiati dan Adminah sangat banyak penggemarnya. Kaset dari ketiga lengger tersebut mudah dijumpai di toko-toko kaset, baik di kota maupun di toko pinggir jalan di desa-desa. Banyolan badutnya bernama Darto sangat lucu dan menghibur.

Di setiap desa juga era itu masih mempunyai kesenian khas berupa Ebeg (kuda kepang/kuda lumping). Setiap peringatan 17 Agustus pasti pentas. Misalnya, waktu saya kecil belum merasa syah peringatan Agustusan kalau belum nonton Ebeg di halaman balai desa Kalikudi (Adipala).

Sewaktu tontotan yang bersumber dari layar kaca belum merajalela, pentas wayang kulit masih sangat digemari. Dalang Gino atau Ki Sugino Siswocarito dan Ki Sugito Purbocarito menjadi dalang gagrak Banyumas paling top dan mahal di kelasnya. Setiap ditanggap oleh masyarakat atau paguyuban tertentu, pasti penggemarnya selalu membludak dan setia sampai pagi. Kedua dalang tersebut memang bukan putra Cilacap, melainkan putra Notog-Patikraja (Gino) dan Ki Sugito yang juga Bapaknya artis beken Mayangsari dari Somagede, Banyumas.

Bukan tidak mempunyai dalang kondang, belakangan kiprah dalang Suwarjono atau terkenal dengan nama Dalang Jono dari Desa Kesugihan, sabetan dan gayanya setimpal dengan senionya (dalang Gino). Sayang, dalang aset Cilacap yang ketika itu juga sebagai Kades di desanya dan kabarnya akan naik menjadi Caleg harus pupus, seiring kecelakaan maut yang membuatnya meninggal dunia di daerah Patikraja.

Itulah sekelumit cerita tentang tanah kelahiran. Semoga memancing masyarakat serumpun, untuk ikut berbagai pengalaman. Selanjutnya kami tampilkan nama Kecamatan dan desa-desa, se-Kabupaten Cilacap.


KECAMATAN, DESA / KELURAHAN

1. Kecamatan Adipala
1. Welahan Wetan
2. Glempangpasir
3. Pedasong
4. Karangbenda
5. Karanganyar
6. Bunton
7. Wlahar
8. Penggalang
9. Adipala
10. Adireja Kulon
11. Adireja Wetan
12. Adiraja
13. Doplang
14. KALIKUDI
15. Karangsari
16. Gombolharjo

2. Kecamatan Kedungreja
1. Tambakreja
2. Bumireja
3. Ciklapa
4. Kedungreja
5. Tambaksari
6. Rejamulya
7. Sidanegara
8. Kaliwungu
9. Jatisari
10. Bangunreja
11. Bojongsari

3. Kecamatan Kesugihan
1. Menganti
2. Karangkandri
3. Slarang
4. Kesugihan
5. Kalisabuk
6. Kuripan
7. Dondong
8. Planjan
9. Ciwuni
10. Karangjengkol
11. Keleng
12. Pesanggrahan
13. Bulupayung
14. Kuripan Kidul
15. Jangrana
16. Kesugihan Kidul

4. Kecamatan Binangun
1. Jati
2. Kepudang
3. Jepara Kulon
4. Widarapayung Kulon
5. Jepara Wetan
6. Bangkal
7. Binangun
8. Widarapayung Wetan
9. Alangamba
10. Pasuruhan
11. Sidaurip
12. Pagubugan
13. Pesawahan
14. Kemojing
15. Karangnangka
16. Sidayu
17. Pagubugan Kulon

5. Kecamatan Nusawungu

1. Karangtawang
2. Karangpakis
3. Banjarsari
4. Jetis
5. Banjareja
6. Kedungbenda
7. Klumprit
8. Karangsembung
9. Purwodadi
10. Nusawangkal
11. Karangputat
12. Banjarwaru
13. Danasri Kidul
14. Nusawungu
15. Danasri Lor
16. Danasri
17. Sikanco

6. Kecamatan Kroya

1. Sikampuh
2. Pekuncen
3. Ayamalas
4. Pesanggrahan
5. Kroya
6. Karangmangu
7. Pucung Kidul
8. Mergawati
9. Pucung Lor
10. Bajing
11. Gentasari
12. Kedawung
13. Mujur
14. Buntu
15. Karangturi
16. Bajing Kulon
17. Mujur Lor

7. Kecamatan Maos
1. Karangkemiri
2. Karangrena
3. Maos Kidul
4. Maos Lor
5. Kalijaran
6. Mernek
7. Panisihan
8. Glempang
9. Karangreja
10. Klapagada

8. Kecamatan Jeruklegi

1. Tritih Wetan
2. Sumingkir
3. Jeruklegi Wetan
4. Brebeg
5. Jeruklegi Kulon
6. Cilibang
7. Mandala
8. Karangkemiri
9. Jambusari
10. Prapagan
11. Sawangan
12. Citepus
13. Tritih Lor

9.Kecamatan Kawunganten
1. Grugu
2. Bringkeng
3. Ujungmanik
4. Kubangkangkung
5. Bojong
6. Mentasan
7. Kalijeruk
8. Kawunganten
9. Sarwadadi
10. Kawunganten Lor
11. Babakan
12. Sidaurip

10. Kecamatan Gandrungmangu

1. Gandrungmangu
2. Gandrungmanis
3. Cisumur
4. Karanganyar
5. Cinangsi
6. Karanggintung
7. Rungkang
8. Sidaurip
9. Gintungreja
10. Layansari
11. Bulusari
12. Muktisari
13. Wringinharjo
14. Kertajaya

11. Kecamatan Sidareja
1. Tinggarjaya
2. Sidareja
3. Sidamulya
4. Kunci
5. Karanggedang
6. Penyarang
7. Tegalsari
8. Margasari
9. Gunungreja
10. Sudagaran

12. Kecamatan Karangpucung
1. Cidadap

2. Pangawaren
3. Gunungtelu
4. Sindangbarang
5. Karangpucung
6. Ciporos
7. Tayem
8. Bengbulang
9. Surusunda
10. Babakan
11. Ciruyung
12. Pamulihan
13. Tayem Timur
14. Sidamulya

13. Kecamatan Cimanggu
1. Panimbang
2. Bantarmangu
3. Bantarpanjang
4. Cimanggu
5. Cilempuyang
6. Negarajati
7. Cisalak
8. Cibalung
9. Karangsari
10. Kutabima
12. Cijati
13. Karangreja
14. Rejodadi
15. Mandala

14. Kecamatan Majenang
1. Pahonjean
2. Salebu
3. Cibeunying
4. Jenang
5. Sindangsari
6. Cilopadang
7. Bener
8. Boja
9. Ujungbarang
10. Pengadegan
11. Sepatnunggal
12. Sadabumi
13. Sadahayu
14. Mulyadadi
15. Padangjaya
16. Padangsari
17. Mulyasari

15. Kecamatan Wanareja
1. Tarisi
2. Bantar
3. Wanareja
4. Limbangan
5. Malabar
6. Majingklak
7. Madura
8. Tambaksari
9. Palugon
10. Cigintung
11. Jambu
12. Adimulya
13. Sidamulya
14. Cilongkrang
15. Purwasari
16. Madusari

16. Kecamatan Dayeuhluhur
1. Panulisan
2. Matenggeng
3. Ciwalen
4. Dayeuhluhur
5. Hanum
6. Datar
7. Bingkeng
8. Bolang
9. Kutaagung
11. Cilumping
12. Sumpinghayu
13. Panulisan Barat
14. Panulisan Timur

17. Kecamatan Sampang

1. Karangtengah
2. Brani
3. Sampang
4. Sidasari
5. Paketingan
6. Ketanggung
7. Nusajati
8. Karangjati
9. Paberasan
10. Karangasem

18. Kecamatan Cipari
1. Caruy
2. Segaralangu
3. Pegadingan
4. Cisuru
5. Cipari
6.Serang
7. Mulyadadi
8. Mekarsari
9. Kutasari
10. Karangreja
11. Sidasari

19. Kecamatan Patimuan
1. Patimuan
2. Rawaapu
3. Sidamukti
4. Purwadadi
5. Cinyawang
6. Bulupayung
7. Cimrutu

20. Kecamatan Bantarsari
1. Binangun
2. Bantarsari
3. Cikedondong
4. Kedungwadas
5. Citembong
6. Kamulyan
7. Rawajaya
8. Bulaksari

21. Kecamatan Cilacap Selatan
1. Sidakaya
2. Cilacap
3. Tambakreja
4. Tegalkamulyan
5. Tegalreja

22. Kecamatan Cilacap Tengah

1. Lomanis
2. Gunungsimping
3. Sidanegara
4. Donan
5. Kutawaru

23. Kecamatan Cilacap Utara
1. Mertasinga
2. Gumilir
3. Karangtalun
4. Tritih Kulon
5. Kebonmanis

Nah, dari cerita tentang kemajuan dan kemakmuran Cilacap masa kini, tidak keliru jika masyarakat perlu mengetahui sejarah tentang Cilacap. Inilah sekelumit kisah yang kami unduh dari websitenya Kapupaten Cilacap di www.cilacapkab.go.id

1. Zaman Kerajaan Jawa

Penelusuran sejarah zaman kerajaan Jawa diawali sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu sampai dengan Kerajaan Surakarta. Pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-1478) daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat :

- Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur

- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran setelah diserang oleh kerjaan Islam banten dan Cirebon jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan Cirebon. Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten Cilacap disebelah timur dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.

Kerajaan Pajang diganti dengan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Panembahan Senopatipada tahun 1587-1755, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram .

Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah Kerajaan Cirebon.

Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Pebruari 1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen. Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan Limbangan.

2. Zaman Penjajahan Belanda

Pembentukan Onder Afdeling Cilacap (dua bulan setelah Residen Launy bertugas) dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1, memutuskan :

"Demi kepentingan pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih rapi di kawasan selatan Banyumas dan peningkatan pembangunan pe,abuhan Cilacap, maka sambil menunggu usul organisasi distrik-distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya, satu dari tiga Asisten Resident di Karesidenan ini akan berkedudukan di Cilacap".

Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas untuk dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas maka dengan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10 ditetapkan :"Patenschap" Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu : afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan kepala Bestuur Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi Rangga atau Onder Regent. Dengan demikian Pemerintah Pribumi dinamakan Onder Regentschap setaraf dengan Patih Kepala Daerah Dayeuhluhur.

Bagaimanapun pembentukan afdeling memenuhi keinginan Bupati Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama ingin mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.

Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831 adalah sebagai berikut :

Dari muara Sungai Serayu ke hulu menuju titik tengah ketinggian Gunung Prenteng. Dari sana menuju puncak, turun ke arah tenggara pegunungan Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir Melayat). dari sana ke arah selatan mengikuti batas wilayah Karesidenan Banyumas menuju ke laut. Dari sana kearah barat sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu. dari batas-batas Distrik Adiraja dapat diketahui bahwa Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks Kawedanan Kroya lebih besar dari pada eks. Kawedanan Kroya , karena waktu itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub bagian Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas. Sehingga luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.

Pada masa residen Banyumas ke-9 Van de Moore mengajukan usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri Kolonial Kerajaan Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29 Desember 1855 Nomor 86, dan surat rahasia Menteri Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A disampaikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Usul pembentukan Kabupaten Cilacap menurut Menteri Kolonial bermakna dua yaitu permohonan persetujuan pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir pribumi dan pengeluaran anggaran lebih dari F.5.220 per tahun yang keduanya memerlukan persetujuan Raja Belanda,setelah menerima surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara lain menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).*

Daftar Nama Bupati Cilacap s/d Tahun 2006 :

1. Bupati I R. Tumenggung Tjakra werdana II (1858-1873)

2. Bupati II R. Tumenggung Tjakra Werdana III (1873-1875)

3. Bupati III R. Tumenggung Tjakra Werdana IV (1875-1881)

4. Bupati IV R.M Adipati Tjakrawerdaya (1882-1927)

5. Bupati V R.M Adipati Arya Tjakra Sewaya (1927-1950)

6. Bupati VI Raden Mas Soetedjo (1950-1952)

7. Bupati VII R. Witono (1952-1954)

8. Bupati VIII Raden Mas Kodri (1954-1958)

9. Bupati IX D.A Santoso (1958-1965)

10. Bupati X Hadi Soetomo (1965-1968)

11. Bupati XI HS. Kartabrata (1968-1974)

12. Bupati XII H. RYK. Moekmin (1974-1979)

13. Bupati XIII Poedjono Pranyoto (1979-1987)

14. Bupati XIV H. Mohamad Supardi (1987-1997)

15. Bupati XV H. Herry Tabri Karta, SH (1997-2002)

16. Bupati XVI H. Probo Yulastoro, S.Sos, MM, M.Si (2002- sekarang)***
Selengkapnya...